Tuesday, February 12, 2013

Mimpi Jadi Enterpreneur

Banyak diantara kita yang ingin bekerja pada perusahaan orang lain, sebagai karyawan. Apakah itu sebagai karyawan perusahaan swasta maupun pegawai negeri. Saya kira alasannya, kita tentu sudah tahu semua, yaitu sebagai karyawan yang dibutuhkan adalah keamanan. Setiap bulan ada kepastian terima gaji. Setelah itu dapat pensiun. 

Mengapa tidak tertarik untuk menjadi Entrepreneur. Saya kira, hal itu karena di antara kita banyak yang tidak siap menghadapi resiko atau lebih tepat disebut suka menjauh dari resiko. Sehingga, tidak mengherankan, banyak di antara kita yang kemudian takut untuk menjadi Entrepreneur. 

Oleh karena inginnya aman-aman saja, saya kira itu sebabnya mengapa yang sudah jadi karyawan pun sulit untuk merubah menjadi Entrepreneur. Oleh karena itu, saya mengajak bagaimana kalau kita menjadi Entrepreneur. Menurut saya. Kita punya tekad besar, tak mustahil hal itu akan terwujud. Saya yakin, kita akan lebih bangga, karena kita akhirnya punya banyak karyawan, dan bisa menggaji mereka, cobalah kita jalani. 

Pemikiran saya ini memang beda dengan saat kita sekolah dulu. Dimana setelah kita lulus nanti, mencari kerja, lalu bekerja keras, dan terus mendapatkan uang. Setelah uang itu kita raih, uang itu kita tabung. Jadinya, kita tak pernah belajar bagaimana untuk berani membuka usaha. Tapi sebaliknya, kita justru lebih diajarkan bagaimana kita bisa mencari pekerjaan pada perusahaan orang lain atau istilah lain, menggantungkan nasib kita pada orang lain. Akhirnya apa yang terjadi, kalau dia terkena PHK. Akibatnya, merekapun menganggur. 

Saya justru berpendapat, bahwa sistem pendidikan kita semestinya tidak seperti itu. Tapi sebaliknya, sistem pendidikan kita seharusnya mengajarkan bagaimana kita bisa mandiri. Oleh karena itulah, menurut saya, di era otonomi sekarang ini tak ada salahnya kalau kita membangun mental dan emosi kita. Kita harus pula selalu punya keberanian mengambil resiko. Kita tidak seharusnya takut membuat kesalahan, dan kita tidak seharusnya takut untuk gagal. Saya yakin, dengan begitu kita akan lebih punya keberanian membuka usaha. 

Bahkan, menurut Robert Kiyosaki, penulis best seller ”Rich Dad Poor Dad”, agar kita bisa menjadi pengusaha, maka kita harus punya mimpi. Kita harus punya tekad besar, kemauan untuk belajar, dan punya kemampuan menggunakan dengan benar asset kita yang tak lain merupakan pemberian Tuhan. 

 Itu sebabnya, mengapa banyak orang di sekitar kita yang tidak terkait untuk memiliki bisnis sendiri. Jawabannya, dapat disimpulkan dalam satu kata: Resiko. Yah, takut menghadapi risiko. Sehingga, mental dan emosi kita hanya ingin aman-aman saja. 

Oleh karena itu, kenapa kita tidak mau mencoba menjadi pengusaha. Kalau kita punya mimpi dan tekad besar, saya berkeyakinan, kita bisa menjadi entrepreneur. Apalagi, kalau kita mau mengubah mental dan emosi kita yang selama ini inginnya selalu menjadi karyawan. Mental dan emosi untuk selalu aman menerima gaji, seharusnya kita ubah menjadi mental dan emosi untuk bisa memberi gaji. Anda berani mencoba?

Thursday, February 7, 2013

Kunjungan Ilmiah

25 januari 2013 seluruh mahasiswa fakultas Ekonomi semester 3 semuanya riang gembira. tidak seperti bisanya hari itu mereka sudah bangun pagi-pagi sekali. bahkan ada yang tidak bisa tidur katanya... hari yang menurut sebagian mahasiswa adalah hari yang istimewa, ya istimewa bagi mereka yang tidak pernah berkunjung ke BI dan Dunia Fantasi atau lebih lebih populer di kenal dengan Dufan.

karena keberangkatan sangat pagi-pagi sekali, kasihan mereka yang jauh harus berangkat pagi sekali demi tidak ketinggalan bus. Sesampai di musium BI semua peserta langsung bergegas menuju gedung yang dulunya di pakai sebagai markas De Javanche Bank, bank yang didirikan oleh penjajah belanda sebagai satu-satunya bank terbesar di jawa pada masa penjajahan belanda.

sebelumnya peserta pria melaksanakan sholat jumat di masjid BI yang memang masjidnya sangat terawat, bersih, wangi dan rapi. khotib sempat menyinggung banjir langganan yang sering terjadi di ibukota Jakarta, bukan hanya faktor alam yang mempengaruhi banjir jakarta, akan faktor kesalahan manusia lebih dominan berperan di situ, khotib juga mengjak kepada seluruh warga jakarta dan pendatang untuk sadar akan kebersihan dan tidak membuang sampah sembarangan.

oke back to museum BI. setelah sholat jumat kami langsung bergegas di dalam gedung musium BI, di sambut oleh seorang pemandu yang sangat cantik tapi agak gemuk, memakai kaos hitam dan jas hitam, padahal dia udah memperkenalkan diri tapi lupa namanya siapa..

pemandu itu mengajak kami kedalam sebuah ruangan seperti studio di teater 21, ya emang benar kami di suguhi sebuah film pendek yang menyangkan sebuah sejarah perjalanan BI. setelah itu kami diajak keliling menyusuri gedung yang penuh liku namun sangat tertata rapi, di dalamnya terdapat koleksi ratusan bahkan keping uang jaman dulu. di dalam musium BI juga terdapat replikasi emas batangan miliki negara RI yang berat satu batangnya mencapai 11 kg dengan harga kisaran mencapi angka 8 M.

setelah puas melihat berbagai macam koleksi uang, baik uang dalam dan luar negeri dan juga puas melihat replikasi sejarah perjalanan BI yang ternyata sangat luar biasa. kami bergegas menuju tempat selajutnya yaitu Dunia Fantasi atau Dufan. di sana kami bukan hanya untuk bersenang-senang meapas kepenatkan tetapi kami juga akan di kenalkan kepada pihak pengelola dari PT.Pembangunan Jaya Ancol. akan tetapi dikarenakan kami telat pemaparan dari pihak pengelola PT.Pembangunan Jaya Ancol pun urung di lakukan padahal mereka sudah menunggu sejak pagi.

kami menyadarai ini kesalah kami yang datang sangat terlambat, ya alasannya tidak lain karena terjebak macet. kekecewaan kami pun di obati dengan hiburan dan atraksi-atrasi menarik di Gelanggang Samudra dan juga di Dunia Fantasi. saking asiknya tidak terasa haripun sudah malam, dan kami harus bergegas pulang.

Satu hal yang bisa di ambil dari kunjugnan ini adalah betapa tidak mudahnya BI mempertahankan keuangan negara ditengah perjalanan yang sangat melelahkan karena Indonesia dari sejarahnya di hadapi dengan banyak kejadian yang membuat perekonomian negara ini terpuruk. satu pelajaran lagi bahwa ketepatan waktu memang harga mati kalau tidak tepat waktu kesempatan emas untuk mendapatkan ilmu pun akan hilang.

Semoga perjalanan ini dapat memberikan kesan dan pelajaran yang mendalam bagi Mahasiswa Fakultas Ekonomi semester 3 yang ikut ke sana... Selajutnya tujuan kita adalah Gedung