Thursday, September 13, 2012

Membangun pondasi diri

Ibarat sebuah bangunan pondasi adalah instrumen utama kuat atau tidaknya bangunan tersebut. Pondasi yang kuat adalah pondasi yang terbuat dari batu-batu yang tersusun rapih dan tertancap kuat. Begitupun dengan kehidupan, kokoh atau tidaknya kehidupan kita tergantung dengan pondasi yang kita miliki. Pondasi rumah pun terdiri dari bebrapa instrumen atau bahan seperti batu, pasir dan semen. Maka pondasi dalam diripun terdiri dari tiga instrumen yaitu cerdas Spiritual (SQ), cerdas emosional (EQ), dan cerdas secara intelektual (IQ). Cerdas secara spitirual adalah tolak ukur keberhasilan hidup sesorang baik di dunia maupun di akhirat. Mungkin saja orang yang tidak cerdas secara spiritual ia berhasil dalam karir, sukses secara finansial dan mendapatkan populeritas. 

Namun hal itu tidak menjamin hidupnya bahagia dan mendapatkan ketenangan karena hati kecilnya akan selalu berontak untuk mengakui akan adanya kebesaran tuhan. Berbeda dengan orang yang secara ikhlas dan tanpa paksaan beriman kepada Allah (cerdas Spiritual), maka sudah dipastikan walaupun hidupnya sulit akan tetapi hati kecil dan batinnya akan di selimuti oleh ketenangan-ketenangan dan kedamian dalam hidup. Karena ia merasa terus ada yang mengawasi dan melindungi dimanapun ia berada. Orang yang beriman akan senantiasa merasa dirinya tenang walapun dengan keadaan hidup yang memprihatinkan. Hal itu di karenakan adanya kekuatan spiritual yang berdampak langsung pada organ-organ tubuh manusia tersebut. 

Instrumen yang kedua dalam rangka membangun pondasi diri adalah berusaha untuk cerdas secara Emosional. Sering kali orang salah dalam menafsirkan prilaku atau akhlak manusia, kebanyakan orang mengatakan bahwa prilaku atau karakter itu adalah bawaan sejak lahir sehingga tidak bisa diubah atau mungkin diperbaiki. Padahal karakter dengan akhlak itu berbeda, karakter lebih menekankan kepada ciri dari manusia itu sendiri sedangkan akhlak dapat dibentuk dari kebiasaan dan lingkungan. Untuk mendapatkan akhlak yang baik tentunya kita harus senang tiasa melkukan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bergaul di lingkungan yang baik pula. Maka dengan sendirinya kecerdasan spiritual kita pun akan meningkat tanpa kita harus susah payah mempelajarinya. 

Instrumen yang ketiga adalah cerdas secara Intelektual. Pada jaman dulu orang-orang menganggap bahwa anak yang lahir dengan memiliki IQ yang tinggi maka sudah dipastikan hidupnya akan sukses. Namun hal tersebut tidak berlaku pada jaman sekarang ini, banyak sekali anak-anak yang cerdas dan pintar mereka malah menjadi pengamen jalanan, pemulung,pengangguran bahkan koruptor yang hidupnya selalu meresahkan masyarakat di sekitarnya. Hal itu di karenakan kecerdasan IQ yang mereka miliki tidak di imbangi dengan SQ dan EQ sehingga kecerdasannya beralih fungsi bukan untuk kemaslahatan umat malah menjadi sumber kekacauan umat. Apabila kekuatan iman, kepercayaan dan hati yang selelu terjaga selalu kita pelihara dan terus meningkatkannya niscaya kehidupan baik pun akan segera menghampiri kita. Maka mulai dengan yang baik-baik, mulai lah dari diri sendiri, lalu keluarga, masyarakat sekitar sampai ke level negara bahkan dunia. Selamat menjadi orang baik, H2N (Hadapi, Hayati, Nikmati).

0 comments:

Post a Comment