Thursday, June 5, 2014

Presiden Baru, kebijakan Baru... BBM kemungkinan naik !

Dua kandidat capres dan cawapres tengah bersaing untuk memperebutkan kekuasaan di Indonesia. semua memilki visi dan misi yang baik. Prabowo-Hatta memiliki Visi membawa kembali Indonesia menjadi macan Asia, sedangkan Jokowi-JK memiliki Visi Indonesia yang bergotong Royong.

Prabowo yang berasal dari kalangan Militer terkenal dengan ketegasan dan keberaniannya mengabil resiko di dampingi oleh Hatta Rajasa yang kita tahu seorang ahli ekonomi. begitu pun Jokowi yang dikenal oleh rakyat Indonesia sebagai sosok yang merakyat lahir dari rakyat di dampingi oleh seorang politisi senior yang sudah sangat berpengalaman yaitu Jusuf Kalla. kedua capres dan cawapres tentunya memiliki persaingan yang sangat ketat dengan elektailitas yang sangat baik.

tapi pertanyaannya, apakah kedua kandidat capres dan cawapres akan kembali menaikan harga BBM yang kita tahu subsidi untuk BBM sangat menguras APBN negara karena subsidi BBM mencapi lebih dari Rp. 445 Triliun per tahun atau Rp. 37 Triliun per bulan.

Pada masa pemerintahan SBY yang tinggal beberapa bulan lagi, kenaikan BBM terjadi sebanyak empat kali dan tiga kali mengalami penurunan, tapi itu pun tidak memebrikan solusi yang tepat bagi penyelamatan APBN negara.

kita tahu memang tanggung jawab presiden dalam hal ini cukup berat, kebijakan menaikan harga BBM bagai makan buah simalakama, kalau seorang presiden berani menaikan harga BBM itu artinya rakyat kecil yang di korbankan karena jika BBM naik maka secara sistemik semua barang kebutuhan pokok juga akan naik sehingga akan menurunkan daya beli masyarakat, tapi jika presiden tidak manikan harga BBM maka beban negara terhadap subsidi BBM juga akan semakin berat.

Salah satu masalah terbesar yang muncul dari kenaikan harga BBM adalah kekhawatiran akan terhambatnya pertumbuhan ekonomi karena dampak kenaikan haga barang dan jasa yang terjadi akibat komponen biaya yang naik, dalam hal ini inflasi tidak akan bisa di hindari karena BBM merupakan komponen utama dalam pendistribusian barang maupun jasa.

namun yang tidak bisa kita pungkiri juga adalah tingginya harga keekonomian BBM hingga mencapai angka Rp. 11.500,- itu artinya negara harus mensubsidi hampir 100 % dari harga yang di pasarkan, tidak heran jikan anggran negara untuk subsidi BBM mencapai angka Rp. 445 Triliun. jika ini dibiarkan maka pembangunan infrastruktur akan terhambat karena kurangnya dana APBN yang dimiliki oleh negara.

Beranikah presiden terpilih nanti untuk menaikan kembali BBM demi menyelamatkan APBN negara sehingga dapat di alokasikan untuk sektor pembanugnan infrasetruktur sehingga nantinya mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi, atau presiden yang terpilih akan tetap mempertahankan harga BBM sekarang atau mungkin berani untuk menurunkannya demi menjamin kehidupan masyarakat dan menyelamatkan masyarakat kecil yang hidupnya masih kekurangan.





0 comments:

Post a Comment